Wednesday 4 February 2009

karena ajal ia mati : malang

"MATI" ia teriak
Darahnya menghambur diatas zebra cross
Adrenalinnya memburu
Sengit memang !
Bulu halusnya rontok berguguran
Berselimut cairan dalam organ
Di mata tajamnya terlihat semburat kedengkian

"MUNGKIN SUDAH AJALNYA" sanggah kawan

Kaki melangkah meninggalkan daerah
Menghapus jejak tanpa rasa bersalah
Berlalu dengan tegap diiringi sumpah serapah

"KASIHAN AJAL" batin mengeluh pada para tawanan
Selalu saja ia dipersalahkan
Sebagai terdakwah jatuhnya air mata
Sedang pelaku itu masih bisa tersenyum dengan menawan
Jalan bergandengan dengan seorang gadis perawan
Mengindahkan tanggungjawab diatas kejahatan yang ia lakukan .: ia mati

11.17 .:disebuah sudut pandang



5 comments:

  1. kematian sama indahnya dengan kehidupan dan sama absurd-nya

    ReplyDelete
  2. kematian sama indahnya dengan kehidupan.
    karena kehidupan akan berujung pada kematian.
    dan kematian adalah awal dari kehidupan.

    ReplyDelete
  3. Betapa malang Ia,
    "Ajal", mungkin selalu saja disalahkan,
    atau "dipersalahkan" ?
    mungkin karena ia termasuk narapidana,
    terdakwah yang mungkin harus dihakimi,
    Atau mungkin saja kita akan memilih untuk pasrah,
    Berserah pada yang Kuasa,
    Bahwa segalanya memang punya "ajal",
    punya "masa"-nya masing masing,

    Jika manusia saja hidup memikul tugasnya masing masing,
    Mungkin jg ajal diberikan "titah" untuk menjemput kematian,
    Mungkin karena itu bagian dari tugasnya,
    Sebuah kewajiban yang tak terelak,
    mungkin ketetapan yang tak tergugat,

    Andai saja mati bukan sebuah aturan,
    Mungkin saja si Ajal akan mengadu pada Tuhan,
    Bahwa Dia benar benar tak tega
    tak kuasa ntuk mrengguk nafas terkahir dari manusia,
    tak mampu menyaksikan sebuah tangis perpisahan berlinang air mata,
    Terlebih lagi ketika Ia harus ditugaskan untuk menjemput Pujaan hati masyarakat,
    Dia mungkin tak rela, tak ridha
    Karena baginya Ia masih dibutuhkan oleh warga,
    Tapi apalah daya si ajal,
    Ajal adalah ajal,
    Dia hidup demi Tugasnya,
    selamanya mungkin sebagai "Penjemput kematian"

    Bukankah memang hidup jg penuh "aturan"?
    begitu juga mungkin dengan mati,
    Jika masa bakti di dunia tak ada lagi,
    mungkin ajal akan menanti, lalu mati
    Menuju alam lain yg tak kt ketahui,
    Tp itu pasti..

    Orang mulia, baik hati,
    Harusnya berterima kasih kepada si ajal,
    Dialah penolong,
    yang mungkin akan menjauhkan dari getirnya kehidupan dunia,
    beralih pada sebuah dunia lain yang lebih indah baginya,
    menuju ke alam pembalasan,
    Istana yang megah tempat semua perbuatan berbalas,
    Kebaikan berbuah kemuliaan,
    kejahatan selamanya ganjaran,

    Tinta mungkin nyawa dari sebuah pena,
    Jika pena tak lagi bertinta,
    Hidup tak lagi bernyawa,
    Jangan tanya mengapa ?
    Mungkin karena si Ajal sudah datang menjemputnya,

    Mungkin juga kita akan seperti tinta,
    Dan pasti kita akan seperti tinta,
    Kita akan diantarnya menuju dunia lain,
    dan tak ada yang mampu menghentikannya,
    Dialah kekuatan yang tak terbendung,
    Dia akan datang kapan saja,
    dan berkehendak pada siapa saja,
    Sesuai yang tertulis di atas sana,
    Mungkin inilah "takdir"
    sebuah ketetapan tak terelak,
    Namun Tuhan maha bijak,
    yang memberikan kekuatan pada hambanya,
    untuk memilih takdirnya,
    mungkin sesuai dengan yg dia harapkan,
    Bukan merubah takdir,
    tapi "memilih" takdir yang lebih baik untuknya,
    Tuhan pun tahu bahwa takdir bukan untuk-Nya,
    tapi untuk hamba-Nya,

    Mati bukan berarti kita tak hidup lagi,
    Tapi apa yang mati ?
    dan apa yang hidup ?
    Bolehlah kita mati ,tapi jangan mati "setengah mati",
    Biarlah kita mati,asal kita masih hidup dan membekas dalam setiap memori,
    kenangan yang menyejarah dalam setiap hati,
    Makanya hati hati dengan mati,
    Jangan asal mati, hehehe...

    Matilah seperti matinya pahlawan sejati,
    Dia pergi, tapi selalu dikenang dalam hati,
    Atau hiduplah seperti burung merpati,
    yang melambangkan kebebasan,sekalipun terbang tinggi,
    Tapi tak lupa berpijak pada bumi,
    hehehehe....

    ReplyDelete
  4. semua memang sudah ada masanya.
    ada ajalnya.

    tapi,haruskah ia terus dipersalahkan ??
    dipersalahkan atau disalahkan atas sesuatu yang memang telah menjadi tugasnya atas perintah Tuhan seperti yang saudara katakan ??

    hidup memang benar penuh aturan
    penuh ikatan.

    tapi,bukankah justru ia harus dianggakan ??
    disematkan dengan kalung emas berlian sebagai tanda bahwa ia telah berhasil memanage manusia dengan sebuah aturan itu ??

    tak ada yang mati.
    yang dianggap mati hanyalah untuk menunggu yang lain mati.
    kemudian bersama lagi.
    membantuk sebuah kehidupan yang lain
    atas kehendak yang Maha Adil

    ReplyDelete
  5. menyadari kematian akan datang membuat kita lebih menghargai hidup.

    ReplyDelete

silahkan meninggalkan pesan :)